Penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H / 2011 Berbeda?

Indahnya tinggal di Indonesia adalah banyak pernak-pernik. Salah satunya adalah penetapan 1 syawal idul fitri selalu meriah tiap tahun. Awalnya saya mengira bahwa perbedaan ini hanya masalah permukaan. Sehingga dengan komunikasi akan terjadi titik temu.

Tetapi semakin mendalami, saya paham bahwa perbedaan ini sampai pada taraf konsep dasar. Sehingga memang mungkin saja meski saling memahami antar pihak maka kesimpulannya tetap berbeda. Perbedaan dalam meyakini kebenaran, menurut saya, sah-sah saja. Bahkan perbedaan adalah rahmat.

Tahun 2011 ini, bertepatan 1432 H, penetapan 1 syawal berpotensi terjadi perbedaan. Secara perhitungan (hisab), lebaran jatuh pada 30 Agustus 2011. Secara pengamatan langsung (rukyat), tunggu dulu.

Secara perhitungan, bulan akan tampak setinggi 2 derajat pada sore 29 Ramadhan. Sehingga 30 Agustus adalah lebaran idul fitri 1432 H. Tunggu dulu. Tinggi 2 derajat ini masih terlalu kecil. Sehingga pengamatan langsung (rukyah) mungkin saja tidak berhasil melihat bulan (hilal). Jadi puasa disempurnakan 30 hari.

Muhammadiyah jauh hari sudah menetapkan idul fitri jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011. Tentu saja Muhammadiyah menggunakan metode perhitungan hisab. Hasil ini juga yang dicetak pada kalender umum di Indonesia. Silakan mengamati kalender masing-masing. Sudah tercetak idul fitri adalah 30 Agustus 2011.

NU tentu saja menunggu hasil pengamatan langsung rukyat 29 Agustus. Jika berhasil melihat hilal maka lebaran bareng-bareng 30 Agustus. Jika gagal maka lebaran jadi beda satu hari kemudian.

Tetapi saya menduga, sebagian kecil – atau besar – petugas rukyat akan berhasil melihat hilal. Tetapi bila hanya 1 orang saja yang berhasil melihat bagaimana? Jika menggunakan prinsip demokrasi maka 1 orang yang melihat akan kalah suara dengan puluhan orang yang tidak melihat hilal. Hanya saja apakah prinsip rukyat menggunakan demokrasi?

Sejauh yang saya tahu prinsip rukyat justru menggunakan pendekatan “veto positif” bukan suara terbanyak. Maksudnya, bila ada satu orang saja berhasil melihat hilal – meski ada ribuan orang lain tidak melihat hilal – maka kesimpulannya adalah sudah masuk lebaran.

Apa pun keputusannya nanti, saya berharap rakyat Indonesia dapat merayakan idul fitri dengan semangat persatuan – dalam perbedaan mau pun persamaan – sebagaimana pengalaman tahun-tahun sebelumnya.

Selamat hari raya Idul Fitri 1432 H.
Minal aidin wal faizin.
Mohon maaf lahir batin.

aGus NGGERmanto

This entry was posted in sosial and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

22 Responses to Penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H / 2011 Berbeda?

  1. arby says:

    memang begitu indahnya islam p’angger.. dikarenakan ada 2 metode yg digunakan para ahli dlm menentukan penanggalan 1 syawal,,klo ga salah ini namanya khilafiyah,,tp yg penting adalah kita jgn smpe terpecah belah akibat perbedaan ini…
    Selamat Idul Fitri pak..
    Mohon maaf lahir dan batin dr APIQ Jatibarang
    Salam buat seluruh keluarga 🙂

  2. gusngger says:

    Terima kasih Arby,

    Selamat idul fitri, maaf lahir batin juga ya…

    Sukses untuk APIQ Jatibarang.
    Salam…

  3. Pingback: Logika Penentuan Idul Fitri 1 Syawal 1432 H/ 2011 M | APIQ: Anak Lebih KREATIF & Berprestasi

  4. Pingback: Tulisan-tulisan Lebih Lengkap dari Paman APIQ | APIQ: Anak Lebih KREATIF & Berprestasi

  5. Lombok Timur says:

    yaaa apapun pendapat harus kt saling hargai. tapi yang jadi pertanyaan kenapa dalam penentuan idul fitri Muhammadiyah punya perbedaan?. kalau penentuan tanggal selanjutnya mereka mengikuti pemerintah. jawabannya : Muhammadiyah itu tidak konsisten atas penanggalan yang mereka buat. segala keputusan itu mari kt serahkan pada petugas yang lebih paten dari kalangan pemerintah supaya tidak timbul perbedaan.

  6. hadi says:

    maaf setahu saya muhamadiyah itu menggunakan cara perhitungan (hisab) yg tidak berlandaskan
    pada perhitungan matematis astronomis (artinya para astronom tidak pernah mendapatkan cara
    perhitungan matematik yg dapat dipertanggungjawabkan secara astronomis) karena hanya menggu-
    nakan metode wujudul hilal, dihitung berdasarkan pada bentuk gambar bulan saja, sepanjang mata-
    hari sudah lebih dulu tenggelam paa sat ijtimak maka dianggap sudah terlihat hilal, sementara bila
    menggunakan metode hisab yg dapat dipertanggungjawabkan secara matematis astronomis berdasarkan
    kesepakatan ahli astronomis (emang ahlinya menghitung hal-hal seperti ini) terdiri dari 4 negara
    bertetangga Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei ditetapkan minimal ketinggian hilal adalah 2,5
    derajat, agar tidak terkena dispersi cahaya, itu yg saya baca.
    perbedaan tidak menjadi rahmat ketika ego golongan ikut campur, seharusnya jangan membuat
    perbedaan yg dapat merusak perbedaan apalagi kalau tidak bisa dipertanggungjawabkan, kasian
    umatnya! ini akan memberikan citra negatif baik kepada muhamadiyah maupun umat Islam sendiri.

    • Akmal says:

      woii bung hati2 kalo bicara… dgn landasan apa loe bicara seperti itu… sdh kenyataan kok selama ini pergitungn muhammadiyah benar.. dan pemerintah yg sok egois dn somplak itu trnyata keliru,, hal ini sdh di buktikan liat aja negara malaysia yg awalnya mngatakn 1 syawal jatuh pd hri rabu trnyata mereka meralatnya krn tlah melihat hilal pd tngah malam dn lebaran pd hari selasa begitupun negara2 lainnya utamanya negara arab 1 syawal jatuh pd hari selasa tgl 30 agustus… so muhammadiyah bkn hnya sekedar hitung2an yg tdk dpt d prtnggung jwbkn..

  7. nopianoor says:

    Yang menjadi kekhawatiran :
    1 Karena kita menganggap “perbedaan adalah rahmat” maka “persatuan bisa jadi laknat”. Sehingga kita “harus” selalu berbeda, karena ia rahmat? Siapa yang ingin dapat rahmat, maka ia “harus” berbeda dengan kelompok lain?
    2. Karena kita sudah terbiasa dalam perbedaan (yang semestinya masih bisa di carikan jalan menuju kesatuan), maka muncullah sikap apatis. Biarkan orang lain seperti itu, mo salah, mo benar, bukan urusan kita. Yang penting kita dan mereka yakin dengan kebenaran masing-masing.
    3. Setiap ada perundingan tentang penyatuan pendapat, selalu diketengahkan si A mewakili ormas X, si B mewakili ormas Y dst. Padahal si A, si B, si C dstnya itu, semestinya mewakili umat islam secara keseluruhan, tanggalkan kepentingan individu dan kelompoknya. Pikirkan ummat yang awwam, orang yang akan masuk islam agar tidak goyah, orang yang baru masuk islam… dan ummat yang berdasar di atas taklid semata tanpa ilmu pengetahuan. Jika pemimpinnya tidak mau bersatu dan selalu mengganggap pendapatnyalah yang paling benar, apa jadinya mereka? Tenangkah mereka? Bisakah mereka bersikap bijak seperti yang diharapkan?

  8. gusngger says:

    Salam…
    Terima kasih atas komentar teman-teman.

    “Perbedaan maka adalah rahmat.”
    Maka,
    “Persamaan maka adalah laknat.”

    Bagaimana dengan,

    “Kuda maka berkaki empat.”
    Maka,
    “Bukan kuda maka bukan berkaki empat.”

    Salam…

  9. safriadi says:

    jangan jadikan perbedaan menjadi penghambat menuju kebersamaan dalam siar islam, karna islam itu satu,

  10. wimz says:

    ya mudah2an jatuh ditanggal 31 agustus 2011 sehingga saya bisa lebaran bersama keluarga di rumah….

  11. gusngger says:

    Informasi terbaru:
    30 titik pengamatan rukyat menyatakan TIDAK MELIHAT hilal
    2 titik pengamatan rukyat menyatakan MELIHAT hilal.

    Selamat idul fitri.
    Mohon maaf lahir batin.
    Salam…

    • Yon says:

      Seluruh dunia TIDAK MELIHAT ADA pulpen patah di meja saya.
      Satu orang sendirian MELIHAT ADA pulpen patah di meja saya.
      Maka pulpen patah itu ADA atau TIDAK ADA?

      • gusngger says:

        Lima milyard orang di dunia tidak pernah naik ke langit tujuh.
        Satu orang di dunia pernah naik ke langit tujuh.

        Apa masalahnya?

      • Tons says:

        Masalahnya adalah.. apakah semua mata benar-benar dalam kondisi SEHAT, TIDAK SEHAT atau SEHAT TAPI TIDAK SEHAT (pikirannya)?

  12. Yon says:

    Coba sih tiap bulan 12 kali setahun dilakukan ru’yah hilal, nanti catatan selama 5 tahun bisa dilihat polanya dan dibandingkan dengan yang menggunakan hitungan (atau memang pencatatan tiap bulan seperti itu sudah ada? Mungkin baik jika dibagikan informasinya, di sini atau pun di tempat umum yang lain).
    Dengan itu kita juga bisa tahu berapa kali setiap tahunnya kita berbeda pendapat, siapa tahu 1 Muharram-nya atau 1 Zulhijjah-nya juga beda.

  13. didi says:

    Malaysia Idul fitri tgl 30 Agustus 2011 seluruh kerajaan, sama dengan Muhammadiyah, mengapa Indonesia ngotot mundur 31 Agustus 2011, bukankah kita bertetangga dg malaysia? Kalo memang hilal sudah wujud , kan udah tanggal 1 syawal. ( Wallohu alam )

  14. fajarsmansa says:

    Brunei, Malaysia, Singapura, negara-negara ASEAN lainnya serta Arab juga menetapkan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 30 Agustus atas dasar Hilal karena di Malaysia, Brunei, Singapura, hilal sudah terlihat lebih dari 2 derajat… Sedangkan menurut perjanjian dengan beberapa negara tetangga, hilal minimal kan 2 derajat. Jadi kesimpulannya,, cuma Indonesia yang ngotot untuk memundurkan Hari Raya Idul Fitri menjadi 31 Agustus 2011 karena ego dari masing-masing oknum NU dan MUI….

    Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin!!

  15. Winbuds says:

    Inilah yang terjadi kalau umat islam terkotak-kotak dalam kelompok/ormas dan negara….beda negara bisa beda hari raya meski secara wilayah masih sama…
    jika hanya 2 yg dpt melihat hilal apakah hal itu tidak sah sebagai dalil lebaran hari ini? apa disumpah pocong dulu yah…

  16. putera dipononogo says:

    Kiblatnya kalau ke mekkah tanggal 30 kalau kiblatnya ke istana tanggal 31 🙂

  17. putera dipononogo says:

    …….Sejauh yang saya tahu prinsip rukyat justru menggunakan pendekatan “veto positif” bukan suara terbanyak. Maksudnya, bila ada satu orang saja berhasil melihat hilal – meski ada ribuan orang lain tidak melihat hilal – maka kesimpulannya adalah sudah masuk lebaran.<<<< udah jelas gitu koq

    Atau ini contoh demokrasi/politik yang salah tempat..voting!! yang banyak yang menang :(.

Leave a reply to Winbuds Cancel reply