Anak-anak penasaran. Sambil lompat-lompat di kasur.
“Ayo, Ayah ceritakan!” kata Ifa yang sudah hampir lulus SD.
“Pasti itu makanan yang enak dan banyak,” tebak Ihab anak kedua yang kelak sekolah di ITB.
“Baik, ayah cerita tapi ini lebih nikmat dari makanan. Ini adalah kenikmatan paling lezat di dunia.”
Sementara ibunya hanya senyum-senyum sambil melipat baju untuk dirapikan ke lemari. Istriku masih tetap cantik. Bahkan makin cantik meski telah 10 tahun yang lalu aku menikahinya.
@#$
Aku menderita sakit dengan patah kaki sebelah kiri. Penanganan RS Boromeus cepat dan bagus. Sehingga patah kakiku dapat dirawat dengan layak. Tapi tetap saja patah kaki.
Istriku tiba di RS malam itu dengan tergesa-gesa. Dia bingung harus berbuat apa. Baru beberapa hari menikah suami kecelakaan parah. Aku dapat merasakan ketakutan di wajah istriku.
“Tidak apa-apa semua akan baik-baik saja,” kataku.
“Gimana kondisi Mas Jak,” tanya istriku.
“Hanya kaki kiri saja yang patah. Sudah ditangani dengan baik. InsyaAllah besok akan membaik,” aku memperjelas.
Istriku menggenggam erat jariku. Aku melihat tetes air matanya. Meski hanya remang-remang diterpa lampu kamar RS.
Malam itu aku menahan sakit patah tulang dengan penanganan sementara. Menunggu besok siang operasi tulang baru bisa dilakukan oleh dokter spesialis. Meski aku optimis kaki akan membaik tetap saja nyeri rasa sakit tetap mendera.
Usai operasi tulang menunggu sekitar 5 jam sampai aku siuman. Butuh perkiraan 6 bulan – bila semua lancar – aku akan bisa jalan kaki.
Aku menjalani hidup berhari-hari di RS. Makan nikmat. Badan sehat. Di temani istri baik bak malaikat.
Hanya satu masalah. Aku tidak boleh buang air ke toilet. Aku tidak boleh bergerak dari tempat tidur.
Istriku dengan sabar menemaniku. Dia yang menyiapkan pispot untuk buang air kecil. Meski sulit aku bisa buang air kecil. Giliran buang air besar. Pakai pispot. Sulit minta ampun.
Hari itu aku hendak buang air besar. Pispot sudah dipasang di atas kasur. Mules perut sudah tak tertahan, Tapi tidak bisa keluar. Hanya bisa buang air kecil saja. Usaha gagal. Sia-sia.
Badan sehat tapi tidak bisa buang air besar plus kaki kiri patah tetap aku jalani.
Hari kedua aku berusaha buang air besar. Kali ini mules perut terasa lebih besar. Aku kira pasti berhasil. Buang air besar di atas kasur pakai pispot. Posisiku sudah tepat. Aku berhasil buang air kecil tapi tetap gagal buang air besar. Semua sia-sia.
Hari ketiga aku pantang menyerah. Buang air besar pakai pispot harus bisa. Usaha kerasku dibantu dengan istri akhirnya berhasil, aku bisa buang air besar. Tidak sempurna. Tapi cukup meredakan tekanan dalam perutku.
Setelah 6 hari dirawat aku boleh pulang. Tentu belum bisa jalan kaki. Tapi sudah boleh latihan jalan dengan bantuan dua buah krek. Dengan syarat super hati-hati. Periksa rutin ke Dokter Darmaji di tempat Praktek Jl Supratman.
(bersambung)