Pengorbanan dan Sedekah Apakah Beda?

Jono bahagia tapi bersedih. Seakan ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

“Mas, sesekali orang punya rasa iri itu bolehkan?”
“Rasa iri itu manusiawi,” jawab Udin.
“Tapi iri itu kan jelek?” Jono ragu-ragu.
“Maksudnya?”

Jono di bulan puasa ini bekerja keras untuk menyambut lebaran. Tentu ia ingin istri dan anak pertamanya berbahagia menyambut lebaran. Sebagai seorang laki-laki yang baru jadi ayah, Jono mengerahkan seluruh kemampuan untuk menjadikan lebaran sebagai momentum yang paling membahagiakan. Tapi tidak mudah.

Jono adalah karyawan kecil sebuah usaha rumahan. Penghasilannya pas-pasan untuk hidup sehari-hari. Demi menyambut lebaran, Jono harus bekerja ekstra untuk menyisihkan sedikit uang guna membeli baju lebaran. Akhirnya Jono berhasil mengumpulkan uang 120 ribu rupiah yang ia pikir dapat untuk membeli baju sederhana untuk istrinya, anak bayinya, dan dirinya – meski yang murah(an).

Jono ke pasar untuk belanja baju baru demi membahagiakan istri dan anaknya menyambut lebaran. Jono memilih-milih baju untuk anaknya, beres. Baju untuk istrinya beres. Tiba saatnya mencari baju untuk dirinya.

Seorang bocah perempuan mendekati dirinya. Jono mengenal bocah yatim itu, entah mengapa bocah yatim ini jarang mendapat santunan dari lembaga panti asuhan atau sejenisnya.

“Sudah punya baju lebaran Dik?” sapa Jono.
“Belum…” bocah itu menjawab dengan malu.

Dengan uang tersisa hanya sekedar untuk membeli baju dirinya. Di sampingnya seorang bocah yatim juga belum punya baju lebaran. Apakah Jono tetap membeli baju untuk dirinya? Ataukah ia mengubah pikiran menggunakan uang tersisa untuk membelikan baju bagi anak yatim?

Jono ikhlas dirinya tidak pakai baju baru untuk lebaran. Tetapi apakah anak dan istrinya akan setuju bila suaminya tidak pakai baju baru?

Dengan pergolakan dalam diri, Jono mengambil keputusan, ia menggunakan uang tersisa untuk membelikan baju si anak yatim.

“Itu pengorbanan yang sangat baik! Tidak ada hubungannya dengan iri,” kata Udin.
“Aku iri dengan Pak Haji.”

Pak Haji adalah pengusaha sukses dan pejabat penting di daerah itu. Menyambut lebaran tahun ini, Pak Haji melakukan beberapa kegiatan penting.

Berbuka bersama di rumah Pak Haji berlangsung meriah. Pak Haji mengumpulkan 50 anak yatim di rumahnya. Masing-masing anak yatim bebas menikmati menu santap berbuka yang mewah. Selesai berbuka masing-masing anak yatim menerima bingkisan yang berisi dua baju baru. Serta mereka menerima amplop yang kabarnya berisi uang masing-masing 50 ribuan.

“Bukan hanya itu, Pak Haji membelikan baju lebaran untuk masing-masing anaknya 3 stel mewah-mewah.”
“Sudahlah…” sahut Udin.

“Tunggu dulu! Baju lebaran untuk dirinya malahan 5 stel!”
“Cukup…” Udin menghentikan.

“Masih ada lagi, baju lebaran mewah 5 stel untuk masing-masing istri Pak Haji.”
“Hentikan,” seru Udin.

“Wajarkan, bila saya iri kepada Pak Haji?” tanya Jono.
“Memang iri untuk berbuat baik itu boleh-boleh saja,” Udin berempati.

“Tetapi aku justru iri kepadamu Jono. Pak Haji memang sudah beramal sedekah dengan menyantuni 50 anak yatim. Sedangkan Kamu beramal sedekah dan berkorban. Demi sedekahmu, Kamu rela berkorban untuk tidak membeli baju. Itu nilainya lebih tinggi dari sekedar sedekah,” jelas Udin.

Bagaimana menurut Anda?

Salam hangat…
aGus NGGERmanto

This entry was posted in sosial and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

5 Responses to Pengorbanan dan Sedekah Apakah Beda?

  1. ded says:

    Menurut saya, lebih baik kita bersedekah menurut kemampuan sendiri. Terlepas dari berapa nilai pahala yang akan kita diterima nantinya.

  2. gusngger says:

    Sip, mari perbanyak sedekah. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Salam…

  3. negeribocah says:

    kata mbah kyai …
    kunci Pengorbanan dan Sedekah adalah pada RASA IKHLAS …

    semoga kita mempunyai rasa ikhlas

  4. gusngger says:

    Sip!

    Ilmu, amal, dan ikhlas.

    Salam…

  5. Pingback: Tulisan-tulisan Lebih Lengkap dari Paman APIQ | APIQ: Anak Lebih KREATIF & Berprestasi

Leave a reply to negeribocah Cancel reply